SINOPSIS
Saking sibuknya dengan jadwalnya, akhirnya kulaih Melody terkena dampaknya. Dosen yang memberikannya nilai E ganda terkenal ketat dan takkan bergeming meski mahasiswanya memohon berkali - kali. Hari Sabtu biasanya enggak ada kuliah. Gua enggak ada kegiatan weekend ini jadi gua kurang kerjaan ke kantor meski enggak ada jam ngajar. Lagian ada setumpuk lagi skripsi mahasiswa bimbingan gua yang belum gua baca—karena malas. Jam delapan gua sudah di kantor dan seperti yang gua duga, kampus sangat kosong jam segini dan di hari ini.
Jadi pagi itu gua nyeduh kopi sambil mandang
layar laptop untuk meriksa e-mail. Udah setahun jadi dosen muda, sekarang udah
mulai kerasan kerja jadi dosen dan ngajar mahasiswa.
Lalu pintu kantor gua diketuk dari luar. Yang
masuk adalah mahasiswi gua, Melody. Gua hafal bener namanya karena dia itu
selebriti di kelas gua. Jujur gua jarang nonton tv, cuma pernah denger kalau
dia itu idol dari kelompok JKT48.
“Permisi pak” katanya ceria saat masuk.
Dandanannya simpel dan fresh seperti mahasiswa kampus pada umumnya—kemeja dan
denim panjang serta tas selempang. Sebenernya gua ngerasa dia sedikit enggak
sopan karena sudah masuk sebelum gua suruh.
Agak bengong awalnya, bertanya – tanya ada
perlu apa dia dengan gua. Sampai pada akhirnya gua sadar kalau kemarin malam
dia telepon kalau dia buat janji bertemu degnan gua hari ini, dan soal apa.
Dia lumayan sibuk dengan karir
entertainmentnya dan kuliahnya sedikit dikorbankan. Mungkin dosen lain
memaklumi, tapi di dua mata kuliah yang gua ajar, dia gua kasih E.
“Silahkan duduk” kata gua mempersilahkan. Pas
setelah gua persilahkan dan dijawab dengan “terima kasih” oleh Melody, gua agak
terkejut dengan tindakannya. Bukan duduk di kursi yang berhadapan dengan gua di
seberang meja, tapi ia mengambil kursi itu dan menariknya lalu meletakkannya di
samping gua—duduk di samping gua.
Tutup laptop, gua duduk menghadap dia.
Senyumnya agak pudar dan kelihatan gelisah—ragu – ragu.
“Jadi... yang saya ingin bicarakan dengan
bapak hari ini...”
“Soal nilai kamu, kan?” Melody langsung
menutup mulutnya rapat – rapat setelah gua membaca niat simpelnya. “Seperti
yang saya sudah bilang, saya tidak bisa mentoleri soal absensi.”
Sebagai mahasiswi dan dosen, gua dan dia udah
ngerti apa – apa aja yang bakal di bahas kalau percakapan ini dilanjutin. Kami
diam. Melody menatap gua, seperti meminta belas kasihan lewat wajah cantiknya.
Sebagai seorang laki – laki, jujur hati gua berbunga ngeliat dia pasang wajah
iba.
Tapi gua ingin teguh mempertahankan aturan
yang sudah gua buat dengan para mahasiswa di kelas.
Tiba – tiba aja Melody turun dari bangkunya
dan berlutut di antara kaki gua. Langsung saja tangannya ngerogoh resleting
celana gua dan wajahnya ngedeketin selangkangan gua.
Merinding, gua panik. Sekilas aja gua
langsung tahu ini semua tentang apa. Ini pertama kalinya gua ngeliat secara
langsung. Seluruh badan gua gemetaran. Belum semenit setelah gua kepikiran
tentang wajah cantik Melody dan ngebayangin dia ngejual badannya ke gua bikin
terangsang sampai ke ubun – ubun.
Culunnya, saat masih di tahap ini, batang
kemaluan gua sudah keras.
“Ja-jangan...” gua berusaha ngelawan, Cuma
lewat kata. Tangan dan kaki gua serasa enggak ada tenaga buat nolak.
“Bapak tenang aja. Biar saya yang tanganin”
tangannya udah menggenggam kemaluan gua, dekat ke mulutnya. Pemandangan yang
bikin gua lemas saat Melody mendorong wajahnya ke selangkangan gua.
Ini pertama kalinya ada cewek yang hisap
kemaluan gua dan lebih lagi cewek bening yang nafasnya bisa gua rasain di
antara bulu jembut gua adalah selebriti. Gua bisa rasain lidanya ngejilatin
pangkal kontol gua dan giginya menggesek bagian atasnya. Kaki gua gemetaran
ngerasain sepongan Melody.
Gua merintih keenakan dan lupa tentang
prinsip – prinsip yang gua punya sebagai pengajar. Saat kemaluan gua kejang –
kejang, reflek gua peluk kepala Melody. Dia enggak bisa lepas dari selangkangan
gua. Kami berdua bertahan di posisi ini. Meski gemetaran enggak karuan,
kemaluan gua belum kunjung juga ejakulasi sedangkan Melody mulai sesak karena
sulit bernafas.
Akhirnya gua numpahin semua sperma yang gua
punya ke dalam mulutnya. Melody menelan semua peju yang gua keluarin dengan
tenang.
Setelah semuanya ditelan, Melody balik ke
bangkunya. Mulutnya sedikit belepotan cairan putih bening dan mulai
membersihkannya. Gua Cuma bisa ambil nafas terburu – buru setelah merasakan
nikmatnya sepongan Melody.
Pikiran gua blank, ga bisa berkata apa – apa.
Melody belum bicara setelahnya, sepertinya
sih nunggu gua selesai ngatur nafas. Namun, gila, gua ngerasa dia ratusan kali
lebih cantik dari pertama kali gua ketemu tadi.
“Pak” dia akhirnya bicara., “saya bisa
usahakan untuk ngeluangin waktu saya untuk ngelayanin bapak. Sekali seminggu,
dua kali, tiga kali, bahkan tiap hari jika saya punya waktunya. Bapak boleh
pakai saya sepuas bapak” dan akhirnya nawarin dirinya untuk gua setubuhi. Ya
dan itu dengan syarat gua harus ngebantu dia soal urusan nilai—enggak perlu
dibicarakan lagi.
Mungkin jika masih gua di pagi tadi yang baru
nyeduh kopi, gua bakal nolak dia mentah – mentah. Tapi setelah puas ngerasain
kulumannya, gua mulai merasa terobsesi dengan cewek wajah bening ini.
“Buka baju kamu” tanpa banyak omong lagi,
Melody berdiri dan mulai melepas pakaiannya satu persatu. Gua enggak bisa
ngelepas mata gua dari pemandangan menggairahkan di hadapan gua.
Melody telanjang bulat di hadapan gua.
Menurut selera gua, badannya enggak terlalu seksi dan payudaranya juga enggak
besar. Mungkin karena pengaruh sampel oral seks yang dia berikan, gua cuma
punya nafsu buat ngegarap dia.
Tapi kemaluannya kelihatan sangat rapat dan
wangi tercium, warna mulutnya cerah dan bulunya dipangkas bersih.
Selangkangannya sedikit becek, mungkin setelah menghisap kemaluan gua dia jadi
sedikit terangsang. Wajahnya malu – malu melihat gua menerawangi seluruh bagian
depan tubuh telanjangnya. Melihat ekspresinya membuat gua semakin nafsu
terhadap cewek ini.
Gua abadikan foto bugilnya dengan handphone
dan suruh dia berpakaian lagi. Sebelumnya dia sudah memberitahu bahwa dia
enggak punya banyak waktu karena ada jadwal lain.
“Saya mau... setiap hari kamu kirim foto
telanjang kamu ke nomor saya dan malam ini saya ingin kamu datang ke hotel ini”
gua tulis nama dan alamat sebuah hotel di sebuah post-it dan gua kasih ke dia.
“Bisa?”
“Baik pak. Saya pasti akan datang malam ini;
saya akan sms bapak nomor kamarnya.”
Setelah itu Melody pamit dan pergi. Ruangan
gua jadi sunyi namun gua masih kepanasan mengingat apa yang baru saja gua
dapat. Gua buka foto bugilnya lagi dan gua liatin terus. Jantung gua berdebar
kencang. Gua terobsesi. Ngebayangin gua bakal ngegagahin dia malam ini bikin
gua enggak bisa konsentrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar