SINOPSIS
Rasanya para manager Luna bertingkah aneh belakangan ini. Luna sendiri merasa kadang mereka curi pandang ke tubuhnya, membuatnya merasa risih. Tapi Luna tetap kukuh kalau semua itu hanya imaginasinya.
Sudah sebulan gua kerja sebagai asisten manajer; satu tim bersama bang
Rahman dan bang Bobi. Kami bertiga kerja sama sebagai manajer Luna Maya.
Kerjaan gua simpel, kebagian tugas kecil – kecil. Kalau job mba Luna lagi
banyak – banyaknya, baru deh gua juga ikut sibuk.
Malam ini kami menginap di hotel, di kota Bandung. Mba Luna sudah tidur,
padahal masih jam sembilan, mungkin kelelahan. Para manajer tidur di ruang
sebelah kamarnya. Gua baru aja mandi dan pas gua keluar, gua ngeliat abang –
abang manajer gua lagi nonton sesuatu di TV hotel lewat USB.
“Sini Ka, gabung kita” abang Rahman, yang paling dekat dengan gua, ngajak
gua ikut nonton. Pas gua lihat, ternyata mereka lagi nonton video seks mba Luna
yang dulu pernah heboh.
Jujur, gua pernah nonton. Siapa yang enggak penasaran sama tubuh
telanjangnya Luna Maya. Anehnya durasi video yang mereka tonton lebih panjang
dari apa yang gua pernah ingat.
Dengan tenang gua duduk di samping bang Bobi dan pasang wireles headset ke
telinga gua. Kami bertiga diam saja, hikmatin memek mba Luna digagahi penis
“mantan”nya.
...
“Gila, udah berkali – kali gua tonton, tapi ga bosen – bosen” kata bang
Bobi.
“Tiap kali gua ngeliat Luna, gua selalu kebayang video ini. Kebayang muka
dia turun ke bawah jilatin kontol gua” sambung bang Rahman.
Mereka ngebahas khayalan masing – masing; ngekhayalin mereka bisa
menikmatin artis yang sekarang sedang tidur di kamar sebelah kami. Semakin lama
omongan mereka semakin serius, sampai bang Bobi megangin selangkangannya karena
enggak kuat ngekhayal.
Ujung dari pembicaraan, mereka mau nekat masuk ke kamar mba Luna dan
perkosa dia. Rencananya, mereka mau membius mba Luna hingga enggak sadarkan
diri dan jangan sampai dia tahu kalau bang Rahman dan Bobi sudah menyetubuhi
doi.
Tiba – tiba bang Rahman noleh ke gua. “Lo ikut kan?” mukanya serius. Gua
yang dari tadi enggak mau ikut campur tiba – tiba diajak.
“A-apa bang?” jawab gua agak kaget. Mereka berdua maksa gua jadi komplotan;
kasih gua jatah ikut nikmatin mba Luna supaya gua tutup mulut soal rencana
mereka.
Jadi, mereka langsung nyeret gua ikut ke kamar mba Luna. Bang Bobi punya
kunci cadangan buat kamarnya, karena biasanya mba Luna sulit dan minta
dibangunin kalau pagi. Dengan mudah kami masuk.
Ruangannya gelap, mba Luna masih tidur di ranjang hotel dengan pakaian
sederhana, kaos longgar putih berlengan pendek dan celana pendek buat olah
raga. Dari dekat kami bertiga bisa tahu kalau mba Luna enggak pakai dalaman apa
– apa; puting payudaranya kelihatan dari luar bajunya.
Bang Rahman mengeluarkan sebuah botol kecil dan sapu tangan. Dituangkanlah
sedikit isi botol itu ke sapu tangan dan dia tempelkan bagian yang dituangkan
itu ke hidung mba Luna yang masih tidur.
Beberapa menit kami nunggu dan bang Bobi kemudian mencubit tangan mba Luna.
Wajahnya sama sekali enggak terlihat kesakitan, masih polos tidur. Obat biusnya
berhasil.
Kami sudah sepakat untuk tidak menggarap tubuh gadis cantik ini secara
foursome; kami sepakat untuk bergiliran karena itu lebih terasa nikmat, gua
setuju.
Gua dapat urutan terakhir. Bang Rahman yang dapat giliran pertama langsung
melepaskan semua pakaiannya; penisnya sudah kekar sejak awal. Berdua dengan
bang Bobi, kami duduk ngeliatin bang Rahman melucuti pakaian mba Luna. Bang
Bobi menghidupkan lampu kamar supaya bisa dengan jelas ngeliat tubuh telanjang
Luna Maya.
Obatnya bias bertahan sampai subuh, jadi kami punya waktu semalaman.
Bang Rahman mainnya simpel, jilat sana – jilat sini. Pertama dia puas –
puasin nikmatin bibir mba Luna sambil tangannya mainin puting. Doi turun dan
menghimpit batang kemaluannya diantara payudara mba Luna. Dipeluklah tubuh
indahnya, lidahnya main – main di ketiaknya yang bersih dari bulu. Akhirnya dia
masukin kontolnya ke dalam lubang kemaluan mba Luna. Sesaat setelahnya, bang
Rahman kelihatan liar. Ranjang hotel itu berdecit karena gerakannya yang kuat.
Dan gua di sini hanya bisa ngeliatin payudaranya bergoyang naik turun.
...
Giliran bang Bobi, dia balik badang mba Luna dan buat dia tengkurap. Dia
bilang dia lebih milih nyodok lubang pantat mba Luna karena pasti masih rapat;
soalnya lubang yang satunya sudah sering dipakai. Tubuhnya menindih tubuh mba
Luna; tangannya memposisikan batangnya dan kemudian ia menahan nafas saat mulai
mendorong ke dalam dubur mba Luna. Reaksi bang Bobi kelihatan kampungan,
wajahnya enggak bisa dikontrol karena keenakan; sedangkan mba Luna masih dengan
ekspresi yang sama karena pengaruh obat bius.
...
Akhirnya tiba giliran gua. Dalam kepala, otak gua berpikir gimana enaknya
ngegarap cewek secantik dia. Pertama bibir gua mengulum bibirnya dan tangan gua
merayap di atas bulu jembutya. Gua letakin batang gua segaris dengan bibir
vagina mba Luna dan gua jepit dengan pahanya; dan gua bertingkah seolah – olah
penis gua udah masuk ke dalam lubangnya. Gesekan bibir memek mba Luna kerasa
sedikit panas dan mulai basah. Kalau soal main, gua enggak mau mendekap
tubuhnya; gua ingin mempenetrasinya sambil ngeliat tubuhnya dari atas.
Jadi, gua berakhir di posisi missionaris. Tangan gua membimbing kepala
penis ke pintu masuk birahi Luna Maya dan yang gua rasakan saat pertama kali
gua menyodok masuk ke dalam adalah jepitan memeknya yang kencang dan hangat.
Rasanya enggak kebayang dan tanpa sadar kontol gua kehisap masuk; gua tarik
namun kehisap lagi. Tanpa sadar gua sudah berkali – kali menggenjot
selangkangan gua ke selangkangan mba Luna.
Mata gua fokus ngeliatin mba Luna yang masih bisu walau sudah digagahi tiga
cowok. Payudaranya bergerak – gerak, membuat gua kepingin meremasnya. Dengan
kedua tangan gua buka mulutnya dan gua tetesin ludah dari dalam mulut gua;
secara tak sadar dia menelan ludah masuk ke dalam tenggorokannya. Tangan turun
ke bawah, jari – jari ini meremas bongkahan pantatnya dan satu jari masuk ke
dalam duburnya; kemudian naik, meraba lekukan tubuh mba Luna.
Tubuh gua membungkuk, lidah menjilati pusarnya berkali – kali. Lalu naik
mengikuti garis perut dan berakhir di payudaranya kirinya yang kenyal. Akhirnya
karena enggak tahan, gua peluk tubuhnya. Rasa nikmat saat dada gua jatuh ke
bantalan empuk payudaranya yang putingnya menggesek – gesek dada ini. Saat itu
gua bisa ngeliat wajah artis bernama Luna Maya dari dekat, masih cantik dan
polos tertidur. Mulut ini maju menjilati bibirnya; menarik lidahnya dan
menghisap lidahnya sebelum berakhir dengan ciuman penuh nafsu. Saat bibir kami
terhubung, lidah gua menjilati isi di dalam mulutnya.
Menit – demi menit berjalan dan gua sudah hampir sampai klimaks. Tapi
sayang, kami bertiga sudah sepakat untuk tidak ejakulasi di dalam mulut, vagina
maupun dubur mba Luna, karena bakal sulit dibersihkan dan kita bertiga bisa
ketahuan.
Jadi gua cabut penis gua, masih basah dan hangat dari dalam Luna; lalu gua
keluarin sperma yang sudah numpuk di penghujung kejantanan gua di dada Luna.
Diam sebentar, gua ambil nafas. Kaki gua turun dari ranjang dan sekarang
giliran bang Rahman lagi.
Duduk telanjang bareng bang Bobi, nunggu giliran kita selanjutnya sambil
ngeliatin bang Rahman “main” kasar dengan mba Luna.
***
Kami bertiga sarapan bersama dan setelah setengah jam mba Luna datang
bergabung. Bertiga menatap mata masing – masing dan bersumpah takkan
memberitahu apa yang kami bertiga lakukan tadi malam.
“Pagi, mba” sapa gua.
“Pagi, Kaka” jawabnya.
Dan apa yang dia ucapkan awal pagi itu membuat batin kami bertiga
tergelitik puas secara gairah. “Kok badan gua sakit semua ya?” katanya sambil
memegangi selangkangannya.
Kami hanya bisa mendengarkan dan memegangi selangkangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar