Rabu, 24 Agustus 2016

LUNA MAYA - GERILYA PARA MANAJER




SINOPSIS
Rasanya para manager Luna bertingkah aneh belakangan ini. Luna sendiri merasa kadang mereka curi pandang ke tubuhnya, membuatnya merasa risih. Tapi Luna tetap kukuh kalau semua itu hanya imaginasinya.

Sudah sebulan gua kerja sebagai asisten manajer; satu tim bersama bang Rahman dan bang Bobi. Kami bertiga kerja sama sebagai manajer Luna Maya. Kerjaan gua simpel, kebagian tugas kecil – kecil. Kalau job mba Luna lagi banyak – banyaknya, baru deh gua juga ikut sibuk.
Malam ini kami menginap di hotel, di kota Bandung. Mba Luna sudah tidur, padahal masih jam sembilan, mungkin kelelahan. Para manajer tidur di ruang sebelah kamarnya. Gua baru aja mandi dan pas gua keluar, gua ngeliat abang – abang manajer gua lagi nonton sesuatu di TV hotel lewat USB.
“Sini Ka, gabung kita” abang Rahman, yang paling dekat dengan gua, ngajak gua ikut nonton. Pas gua lihat, ternyata mereka lagi nonton video seks mba Luna yang dulu pernah heboh.
Jujur, gua pernah nonton. Siapa yang enggak penasaran sama tubuh telanjangnya Luna Maya. Anehnya durasi video yang mereka tonton lebih panjang dari apa yang gua pernah ingat.
Dengan tenang gua duduk di samping bang Bobi dan pasang wireles headset ke telinga gua. Kami bertiga diam saja, hikmatin memek mba Luna digagahi penis “mantan”nya.
...
“Gila, udah berkali – kali gua tonton, tapi ga bosen – bosen” kata bang Bobi.
“Tiap kali gua ngeliat Luna, gua selalu kebayang video ini. Kebayang muka dia turun ke bawah jilatin kontol gua” sambung bang Rahman.
Mereka ngebahas khayalan masing – masing; ngekhayalin mereka bisa menikmatin artis yang sekarang sedang tidur di kamar sebelah kami. Semakin lama omongan mereka semakin serius, sampai bang Bobi megangin selangkangannya karena enggak kuat ngekhayal.
Ujung dari pembicaraan, mereka mau nekat masuk ke kamar mba Luna dan perkosa dia. Rencananya, mereka mau membius mba Luna hingga enggak sadarkan diri dan jangan sampai dia tahu kalau bang Rahman dan Bobi sudah menyetubuhi doi.
Tiba – tiba bang Rahman noleh ke gua. “Lo ikut kan?” mukanya serius. Gua yang dari tadi enggak mau ikut campur tiba – tiba diajak.
“A-apa bang?” jawab gua agak kaget. Mereka berdua maksa gua jadi komplotan; kasih gua jatah ikut nikmatin mba Luna supaya gua tutup mulut soal rencana mereka.
Jadi, mereka langsung nyeret gua ikut ke kamar mba Luna. Bang Bobi punya kunci cadangan buat kamarnya, karena biasanya mba Luna sulit dan minta dibangunin kalau pagi. Dengan mudah kami masuk.
Ruangannya gelap, mba Luna masih tidur di ranjang hotel dengan pakaian sederhana, kaos longgar putih berlengan pendek dan celana pendek buat olah raga. Dari dekat kami bertiga bisa tahu kalau mba Luna enggak pakai dalaman apa – apa; puting payudaranya kelihatan dari luar bajunya.
Bang Rahman mengeluarkan sebuah botol kecil dan sapu tangan. Dituangkanlah sedikit isi botol itu ke sapu tangan dan dia tempelkan bagian yang dituangkan itu ke hidung mba Luna yang masih tidur.
Beberapa menit kami nunggu dan bang Bobi kemudian mencubit tangan mba Luna. Wajahnya sama sekali enggak terlihat kesakitan, masih polos tidur. Obat biusnya berhasil.
Kami sudah sepakat untuk tidak menggarap tubuh gadis cantik ini secara foursome; kami sepakat untuk bergiliran karena itu lebih terasa nikmat, gua setuju.
Gua dapat urutan terakhir. Bang Rahman yang dapat giliran pertama langsung melepaskan semua pakaiannya; penisnya sudah kekar sejak awal. Berdua dengan bang Bobi, kami duduk ngeliatin bang Rahman melucuti pakaian mba Luna. Bang Bobi menghidupkan lampu kamar supaya bisa dengan jelas ngeliat tubuh telanjang Luna Maya.
Obatnya bias bertahan sampai subuh, jadi kami punya waktu semalaman.
Bang Rahman mainnya simpel, jilat sana – jilat sini. Pertama dia puas – puasin nikmatin bibir mba Luna sambil tangannya mainin puting. Doi turun dan menghimpit batang kemaluannya diantara payudara mba Luna. Dipeluklah tubuh indahnya, lidahnya main – main di ketiaknya yang bersih dari bulu. Akhirnya dia masukin kontolnya ke dalam lubang kemaluan mba Luna. Sesaat setelahnya, bang Rahman kelihatan liar. Ranjang hotel itu berdecit karena gerakannya yang kuat.
Dan gua di sini hanya bisa ngeliatin payudaranya bergoyang naik turun.
...
Giliran bang Bobi, dia balik badang mba Luna dan buat dia tengkurap. Dia bilang dia lebih milih nyodok lubang pantat mba Luna karena pasti masih rapat; soalnya lubang yang satunya sudah sering dipakai. Tubuhnya menindih tubuh mba Luna; tangannya memposisikan batangnya dan kemudian ia menahan nafas saat mulai mendorong ke dalam dubur mba Luna. Reaksi bang Bobi kelihatan kampungan, wajahnya enggak bisa dikontrol karena keenakan; sedangkan mba Luna masih dengan ekspresi yang sama karena pengaruh obat bius.
...
Akhirnya tiba giliran gua. Dalam kepala, otak gua berpikir gimana enaknya ngegarap cewek secantik dia. Pertama bibir gua mengulum bibirnya dan tangan gua merayap di atas bulu jembutya. Gua letakin batang gua segaris dengan bibir vagina mba Luna dan gua jepit dengan pahanya; dan gua bertingkah seolah – olah penis gua udah masuk ke dalam lubangnya. Gesekan bibir memek mba Luna kerasa sedikit panas dan mulai basah. Kalau soal main, gua enggak mau mendekap tubuhnya; gua ingin mempenetrasinya sambil ngeliat tubuhnya dari atas.
Jadi, gua berakhir di posisi missionaris. Tangan gua membimbing kepala penis ke pintu masuk birahi Luna Maya dan yang gua rasakan saat pertama kali gua menyodok masuk ke dalam adalah jepitan memeknya yang kencang dan hangat. Rasanya enggak kebayang dan tanpa sadar kontol gua kehisap masuk; gua tarik namun kehisap lagi. Tanpa sadar gua sudah berkali – kali menggenjot selangkangan gua ke selangkangan mba Luna.
Mata gua fokus ngeliatin mba Luna yang masih bisu walau sudah digagahi tiga cowok. Payudaranya bergerak – gerak, membuat gua kepingin meremasnya. Dengan kedua tangan gua buka mulutnya dan gua tetesin ludah dari dalam mulut gua; secara tak sadar dia menelan ludah masuk ke dalam tenggorokannya. Tangan turun ke bawah, jari – jari ini meremas bongkahan pantatnya dan satu jari masuk ke dalam duburnya; kemudian naik, meraba lekukan tubuh mba Luna.
Tubuh gua membungkuk, lidah menjilati pusarnya berkali – kali. Lalu naik mengikuti garis perut dan berakhir di payudaranya kirinya yang kenyal. Akhirnya karena enggak tahan, gua peluk tubuhnya. Rasa nikmat saat dada gua jatuh ke bantalan empuk payudaranya yang putingnya menggesek – gesek dada ini. Saat itu gua bisa ngeliat wajah artis bernama Luna Maya dari dekat, masih cantik dan polos tertidur. Mulut ini maju menjilati bibirnya; menarik lidahnya dan menghisap lidahnya sebelum berakhir dengan ciuman penuh nafsu. Saat bibir kami terhubung, lidah gua menjilati isi di dalam mulutnya.
Menit – demi menit berjalan dan gua sudah hampir sampai klimaks. Tapi sayang, kami bertiga sudah sepakat untuk tidak ejakulasi di dalam mulut, vagina maupun dubur mba Luna, karena bakal sulit dibersihkan dan kita bertiga bisa ketahuan.
Jadi gua cabut penis gua, masih basah dan hangat dari dalam Luna; lalu gua keluarin sperma yang sudah numpuk di penghujung kejantanan gua di dada Luna. Diam sebentar, gua ambil nafas. Kaki gua turun dari ranjang dan sekarang giliran bang Rahman lagi.
Duduk telanjang bareng bang Bobi, nunggu giliran kita selanjutnya sambil ngeliatin bang Rahman “main” kasar dengan mba Luna.
***
Kami bertiga sarapan bersama dan setelah setengah jam mba Luna datang bergabung. Bertiga menatap mata masing – masing dan bersumpah takkan memberitahu apa yang kami bertiga lakukan tadi malam.
“Pagi, mba” sapa gua.
“Pagi, Kaka” jawabnya.
Dan apa yang dia ucapkan awal pagi itu membuat batin kami bertiga tergelitik puas secara gairah. “Kok badan gua sakit semua ya?” katanya sambil memegangi selangkangannya.
Kami hanya bisa mendengarkan dan memegangi selangkangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar