SINOPSIS
Manager dan Sarah sendiri kaget mengetahui kalau seorang wartawan punya video tak senonoh dirinya. Setelah negosiasi, Sarah ingin menyelesaikan masalah ini secepat dan sebersih mungkin. Sarah menawarkan diri untuk melayani para wartawan yang mempunyai video itu dengan tubuhnya sebagai upah tutup mulut.
Dengan gelisah gua menunggu di dalam kamar
sebuah hotel murah. Enggak tahu udah berapa kali gua bolak – balik ke kamar
mandi buat buang air saking gelisahnya. Udah hampir jam dua siang, sementara
udaranya masih sangat panas, gua masih menunggu pintu kamar dibuka dari luar.
Dua minggu lalu, sempat ada berita heboh yang
beredar di antara para wartawan. Salah satu dari senior gua, bang Rahman, berhasil
merekam video seks Sarah Azhari di sebuah hotel bintang empat menggunakan
kamera tersembunyi. Video jadi viral di antara para wartawan di kantor.
Gua sendiri sih pernah nimbrung nonton video
itu bareng senior – senior gua. Badan bugil Sarah masih kebayang sampai
sekarang dan gimana cowok yang gua enggak kenal di video itu nikmatin badannya—ekspresinya
mabuk kepayang saat ia mengobok – obok lubang Sarah.
Terus, ternyata bang Rahman kirim video itu
ke manager Sarah. Setelah nunggu beberapa jam, akhirnya si manager menjawab dan
pengen ketemu untuk negosiasi. Kami para kolega bang Rahman nungguin kelanjutan
dari kasus video seks itu di kantor seharian.
Malamnya, akhirnya bang Rahman balik ke
kantor. Wajahnya keliatan puas dan bajunya berantakan. Dia cerita tentang negosiasinya
dengan Sarah dan managernya. Di ujung ceritanya, bang Rahman cerita kalau ternyata
dia habis dilayanin oleh Sarah pakai tubuhnya. Katanya Sarah nawarin diri untuk
ngelayanin bang Rahman sebagai upah tutup mulutnya. Jadi itulah sebabnya bang
Rahman telat, dia sibuk ngegenjot Sarah di ranjang hotel.
Lanjut cerita, bang Rahman cerita kalau ia
bilang ke manager dan Sarah kalau semua teman kantornya punya video yang sama
dengannya—yang sebenarnya enggak benar. Akhir cerita, dia nawarin diri jadi
perantara untuk negosiasi antara Sarah dan kami, koleganya bang Rahman. Dia
bilang kalau Sarah nawarin diri untuk ngelayanin kami semua di ranjang sebagai
harga untuk menebus video yang kami miliki—yang sekali lagi gua tekankan kalau
itu bohong.
Kami semua bersorak dan bang Rahman
diperlakukan bak pahlawan di kantor kami.
Sudah lama, gua masih ada di dalam daftar
tunggu. Sarah pergi ke hotel di sana – sini, ngelayanin nafsu birahi kami,
kawan sekantor. Hari ini, akhirnya tiba giliran gua.
Pintu kamar gua diketuk, dan gua kenal suara
yang datang setelahnya, “Ini saya, Sarah.”
“M-masuk” kata gua, grogi. Pintu dibuka,
Sarah masuk. Dibandingkan dengan di video, ketemu secara langsung, dia
kelihatan sangat beda—keseksiannya lebih terasa, mungkin karena sekarang kita
ada di satu kamar, sendirian.
Dia langsung ngehampirin gua dan gua sendiri
merasa enggak pede karena keringatan—maklum ini jam dua siang dan udaranya
panas. Sedangkan Sarah kelihatan fresh, mengenakan dress yang menunjukkan
belahan dada, dan wajahnya yang memakai make-up samar. Semua itu nunjukkin
kalau dia sudah punya persiapan sebelum datang ke kamar ini buat ngelayanin
gua.
“Langsung saja yuk” enggak pakai tanya nama
lagi. Setelah cara masuk dan jalannya yang bikin nafsu, Sarah langsung melepas
dressnya. Dia enggak pakai apa – apa di baliknya dan sekarang dia berdiri
telanjang di hadapan gua.
Sementara dia hanya berdiri ngeliatin gua. Sepertinya
dia tahu kalau gua lagi nikmatin bentuk tubuhnya pakai mata gua sendiri. Seolah
dia sengaja nunggu dan bilang “nikmatin badan gua sepuas loe.”
Sarah terlihat ramah terhadap gua atau
mungkin itu juga bagian dari layanannya.
“Jadi...” Sarah mulai bicara. “Lo mau gua
gimana bang?” cara bicaranya sopan, namun seksi, mengajak gua untuk berhayal. “Mau
diranjang? Di lantai? Sekalian shower? Atau submissive? Terserah, yang penting
loe puas.”
“Kalau begitu, duduk” gua mengarahkannya ke
kursi. Sarah duduk dengan kaki mengangkang, nunjukin memek dan bulu jembut
tebalnya ke gua. Dia Cuma ngeliatin saat gua mulai menelanjangi diri.
Penis gua sudah tegang sejak dia berdiri
telanjang di hadapan gua. Tegap gua berdiri di depan dia, lalu posisi gua
merendah. Kaki Sarah gua taruh di pundak sedangkan tangan gua memposisikan
penis gua ke memeknya. Dengan satu tarikan nafas, gua dorong selangkangan gua
ke dia.
Sarah sedikit menjerit. “P-pelan bang. Masih
kering, sakit” dia pakai ludahnya dan mengoleskannya di batang kemaluan gua. Setelah
itu gua genjot dia terus dengan dorongan yang keras.
“Ouch, ahhh ahhh terus bang. Ahhh anjing.
Enak bang ahhh ckk ahhh”
Entah dia Cuma pura – pura atau enggak, Sarah
kelihatan merem melek dengan ekspresi sensual yang ngasih tahu kalau dia menikmati
permainan gua yang seadanya. Gua enggak peduli, tapi gua puas meskipun dia cuma
pura – pura, meskipun dengan akting yang murahan yang mungkin cuma bisa nipu
mamang becak—kayak pelacur yang lagi ngelayanin pelanggannya.
Gua dorong badan gua ke dia sampai kakinya
menekuk dan tumitnya menyentuh pundaknya. Sarah merintih dan mendesis nahan
sakit.
Akhirnya gua keluarin kontol gua dan gua
suruh dia nungging di kasur. Gua peluk dia dari belakang dan gua resapi
nikmatnya tubuh moleknya dengan tangan dan jemari gua. Sarah cuma mendesah saat
tangan gua menggerayangi badannya.
Lalu gua berbisik, “Gua mau pakai lubang
pantat loe. Boleh kan?”. Sarah diam untuk sesaat. Gua bisa lihat dia sedikit
ketakutan.
Tapi dia akhirnya mengangguk, “boleh bang”.
Segera dia menyembunyikan wajahnya dengan rambutnya. Gua pegang pinggangnya
keras – keras dan gua dorong penis gua ke lubang anus Sarah.
Pinggangnya langsung gemetaran. Kakinya
langsung lemas dan hampir jatuh. Samar, gua bisa dengar dia merintih. Baru
setengah dari penis gua yang masuk dan lubang duburnya terasa rapat sekali. Gua
Cuma bisa menggerutu enggak jelas saat penis gua diremas keras oleh dinding
duburnya.
Akhirnya gua ngelepas peju gua di dalam
duburnya. Gila, kontol gua terasa keram ngegenjot lubang pantatnya. Gua lihat
Sarah masih merintih kesakitan setelah gua sodomi.
Gua bangkit dari ranjang dan duduk di sofa
tadi. Dengan sopan gua minta Sarah buat duduk di hadapan selangkangan gua. Sebenernya
gua enggak nyangka, kalau gua ternyata masih punya banyak tenaga buat ngegarap
Sarah. Perjanjian kami adalah untuk dia ngelayanin kami sampai kami merasa
puas.
“Mba Sarah. Anda kelihatannya lelah sekali”
Sarah enggak menjawab. Sebenernya gua tahu kalau dia habis ngelayanin Bekam,
teman sekantor gua yang dilidonya tinggi dan kalau main dengan pacarnya bisa
kuat sampai tujuh ronde.
Sarah yang gua tahu dari TV adalah bomb sex
yang tangguh. Ngeliat dia lemas begini memberikan efek bahwa gua mendominasi
dia di ranjang sebagai laki – laki. Dan benar saja, Sarah sudah enggak punya
tenaga, berdiri pun susah sekarang.
Gua minta dia duduk di pangkuan gua dan bergoyang
dengan kontol gua tertancap keras ke memeknya. Melihat Sarah berusaha keras
dengan gerakannya yang loyo membuat gua terangsang. Kadang gua ngegodain dia
dengan dengan menggigit payudaranya. Sarah bereaksi dengan pura – pura marah ke
gua.
...
Semuanya terlihat pudar karena gua tenggelam
dalam kenikmatan. Yang gua tahu selanjutnya, hari sudah ada di jam tujuh malam.
Gua bangun di ranjang hotel dengan penis gua yang belepotan sperma sendiri. Di
samping gua masih ada Sarah, terkapar tak sadarkan diri, payudaranya terlihat
merah setelah gua remas keras – keras tadi. Dia masih di kamar gua, terlalu
capek untuk pergi.
Dan setelah tidur sejenak, tenaga gua kembali
terisi. Rata – rata teman – teman gua dapat waktu dua sampai tiga jam sampai
mereka puas ngegarap Sarah. Melihat kondisinya, sepertinya gua bakal dapat
jatah semalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar