Rabu, 31 Januari 2018

SARAH AZHARI - DAFTAR TUNGGU





SINOPSIS
Manager dan Sarah sendiri kaget mengetahui kalau seorang wartawan punya video tak senonoh dirinya. Setelah negosiasi, Sarah ingin menyelesaikan masalah ini secepat dan sebersih mungkin. Sarah menawarkan diri untuk melayani para wartawan yang mempunyai video itu dengan tubuhnya sebagai upah tutup mulut.



Dengan gelisah gua menunggu di dalam kamar sebuah hotel murah. Enggak tahu udah berapa kali gua bolak – balik ke kamar mandi buat buang air saking gelisahnya. Udah hampir jam dua siang, sementara udaranya masih sangat panas, gua masih menunggu pintu kamar dibuka dari luar.
Dua minggu lalu, sempat ada berita heboh yang beredar di antara para wartawan. Salah satu dari senior gua, bang Rahman, berhasil merekam video seks Sarah Azhari di sebuah hotel bintang empat menggunakan kamera tersembunyi. Video jadi viral di antara para wartawan di kantor.
Gua sendiri sih pernah nimbrung nonton video itu bareng senior – senior gua. Badan bugil Sarah masih kebayang sampai sekarang dan gimana cowok yang gua enggak kenal di video itu nikmatin badannya—ekspresinya mabuk kepayang saat ia mengobok – obok lubang Sarah.
Terus, ternyata bang Rahman kirim video itu ke manager Sarah. Setelah nunggu beberapa jam, akhirnya si manager menjawab dan pengen ketemu untuk negosiasi. Kami para kolega bang Rahman nungguin kelanjutan dari kasus video seks itu di kantor seharian.
Malamnya, akhirnya bang Rahman balik ke kantor. Wajahnya keliatan puas dan bajunya berantakan. Dia cerita tentang negosiasinya dengan Sarah dan managernya. Di ujung ceritanya, bang Rahman cerita kalau ternyata dia habis dilayanin oleh Sarah pakai tubuhnya. Katanya Sarah nawarin diri untuk ngelayanin bang Rahman sebagai upah tutup mulutnya. Jadi itulah sebabnya bang Rahman telat, dia sibuk ngegenjot Sarah di ranjang hotel.
Lanjut cerita, bang Rahman cerita kalau ia bilang ke manager dan Sarah kalau semua teman kantornya punya video yang sama dengannya—yang sebenarnya enggak benar. Akhir cerita, dia nawarin diri jadi perantara untuk negosiasi antara Sarah dan kami, koleganya bang Rahman. Dia bilang kalau Sarah nawarin diri untuk ngelayanin kami semua di ranjang sebagai harga untuk menebus video yang kami miliki—yang sekali lagi gua tekankan kalau itu bohong.
Kami semua bersorak dan bang Rahman diperlakukan bak pahlawan di kantor kami.
Sudah lama, gua masih ada di dalam daftar tunggu. Sarah pergi ke hotel di sana – sini, ngelayanin nafsu birahi kami, kawan sekantor. Hari ini, akhirnya tiba giliran gua.
Pintu kamar gua diketuk, dan gua kenal suara yang datang setelahnya, “Ini saya, Sarah.”
“M-masuk” kata gua, grogi. Pintu dibuka, Sarah masuk. Dibandingkan dengan di video, ketemu secara langsung, dia kelihatan sangat beda—keseksiannya lebih terasa, mungkin karena sekarang kita ada di satu kamar, sendirian.
Dia langsung ngehampirin gua dan gua sendiri merasa enggak pede karena keringatan—maklum ini jam dua siang dan udaranya panas. Sedangkan Sarah kelihatan fresh, mengenakan dress yang menunjukkan belahan dada, dan wajahnya yang memakai make-up samar. Semua itu nunjukkin kalau dia sudah punya persiapan sebelum datang ke kamar ini buat ngelayanin gua.
“Langsung saja yuk” enggak pakai tanya nama lagi. Setelah cara masuk dan jalannya yang bikin nafsu, Sarah langsung melepas dressnya. Dia enggak pakai apa – apa di baliknya dan sekarang dia berdiri telanjang di hadapan gua.
Sementara dia hanya berdiri ngeliatin gua. Sepertinya dia tahu kalau gua lagi nikmatin bentuk tubuhnya pakai mata gua sendiri. Seolah dia sengaja nunggu dan bilang “nikmatin badan gua sepuas loe.”
Sarah terlihat ramah terhadap gua atau mungkin itu juga bagian dari layanannya.
“Jadi...” Sarah mulai bicara. “Lo mau gua gimana bang?” cara bicaranya sopan, namun seksi, mengajak gua untuk berhayal. “Mau diranjang? Di lantai? Sekalian shower? Atau submissive? Terserah, yang penting loe puas.”
“Kalau begitu, duduk” gua mengarahkannya ke kursi. Sarah duduk dengan kaki mengangkang, nunjukin memek dan bulu jembut tebalnya ke gua. Dia Cuma ngeliatin saat gua mulai menelanjangi diri.
Penis gua sudah tegang sejak dia berdiri telanjang di hadapan gua. Tegap gua berdiri di depan dia, lalu posisi gua merendah. Kaki Sarah gua taruh di pundak sedangkan tangan gua memposisikan penis gua ke memeknya. Dengan satu tarikan nafas, gua dorong selangkangan gua ke dia.
Sarah sedikit menjerit. “P-pelan bang. Masih kering, sakit” dia pakai ludahnya dan mengoleskannya di batang kemaluan gua. Setelah itu gua genjot dia terus dengan dorongan yang keras.
“Ouch, ahhh ahhh terus bang. Ahhh anjing. Enak bang ahhh ckk ahhh”
Entah dia Cuma pura – pura atau enggak, Sarah kelihatan merem melek dengan ekspresi sensual yang ngasih tahu kalau dia menikmati permainan gua yang seadanya. Gua enggak peduli, tapi gua puas meskipun dia cuma pura – pura, meskipun dengan akting yang murahan yang mungkin cuma bisa nipu mamang becak—kayak pelacur yang lagi ngelayanin pelanggannya.
Gua dorong badan gua ke dia sampai kakinya menekuk dan tumitnya menyentuh pundaknya. Sarah merintih dan mendesis nahan sakit.
Akhirnya gua keluarin kontol gua dan gua suruh dia nungging di kasur. Gua peluk dia dari belakang dan gua resapi nikmatnya tubuh moleknya dengan tangan dan jemari gua. Sarah cuma mendesah saat tangan gua menggerayangi badannya.
Lalu gua berbisik, “Gua mau pakai lubang pantat loe. Boleh kan?”. Sarah diam untuk sesaat. Gua bisa lihat dia sedikit ketakutan.
Tapi dia akhirnya mengangguk, “boleh bang”. Segera dia menyembunyikan wajahnya dengan rambutnya. Gua pegang pinggangnya keras – keras dan gua dorong penis gua ke lubang anus Sarah.
Pinggangnya langsung gemetaran. Kakinya langsung lemas dan hampir jatuh. Samar, gua bisa dengar dia merintih. Baru setengah dari penis gua yang masuk dan lubang duburnya terasa rapat sekali. Gua Cuma bisa menggerutu enggak jelas saat penis gua diremas keras oleh dinding duburnya.
Akhirnya gua ngelepas peju gua di dalam duburnya. Gila, kontol gua terasa keram ngegenjot lubang pantatnya. Gua lihat Sarah masih merintih kesakitan setelah gua sodomi.
Gua bangkit dari ranjang dan duduk di sofa tadi. Dengan sopan gua minta Sarah buat duduk di hadapan selangkangan gua. Sebenernya gua enggak nyangka, kalau gua ternyata masih punya banyak tenaga buat ngegarap Sarah. Perjanjian kami adalah untuk dia ngelayanin kami sampai kami merasa puas.
“Mba Sarah. Anda kelihatannya lelah sekali” Sarah enggak menjawab. Sebenernya gua tahu kalau dia habis ngelayanin Bekam, teman sekantor gua yang dilidonya tinggi dan kalau main dengan pacarnya bisa kuat sampai tujuh ronde.
Sarah yang gua tahu dari TV adalah bomb sex yang tangguh. Ngeliat dia lemas begini memberikan efek bahwa gua mendominasi dia di ranjang sebagai laki – laki. Dan benar saja, Sarah sudah enggak punya tenaga, berdiri pun susah sekarang.
Gua minta dia duduk di pangkuan gua dan bergoyang dengan kontol gua tertancap keras ke memeknya. Melihat Sarah berusaha keras dengan gerakannya yang loyo membuat gua terangsang. Kadang gua ngegodain dia dengan dengan menggigit payudaranya. Sarah bereaksi dengan pura – pura marah ke gua.
...
Semuanya terlihat pudar karena gua tenggelam dalam kenikmatan. Yang gua tahu selanjutnya, hari sudah ada di jam tujuh malam. Gua bangun di ranjang hotel dengan penis gua yang belepotan sperma sendiri. Di samping gua masih ada Sarah, terkapar tak sadarkan diri, payudaranya terlihat merah setelah gua remas keras – keras tadi. Dia masih di kamar gua, terlalu capek untuk pergi.
Dan setelah tidur sejenak, tenaga gua kembali terisi. Rata – rata teman – teman gua dapat waktu dua sampai tiga jam sampai mereka puas ngegarap Sarah. Melihat kondisinya, sepertinya gua bakal dapat jatah semalaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar