Rabu, 31 Januari 2018

MIRASIH TYAS ENDAH (TYAS MIRASIH) - BERSAMA MENANTU




SINOPSIS
Tyas sudah terlalu pusing memikirkan bagaimana cara untuk mendapat persetujuan untuk menikahi pacarnya. Bapak pacarnya punya sentimen negatif tentang dirinya. Ada rencana putus asa yang telah ia pikirkan sejak lama untuk mendapatkan restu dari calon mertuanya.



Sejujurnya gua bangga banget punya anak pintar, tampan, dan punya pendidikan yang gemerlap, Raiden. Apa pun yang ia lakuin, gua selalu dukung karena gua tahu dia punya cara pikir yang cemerlang. Tapi tidak dengan pilihan calon istrinya.
Namanya Tyas Mirasih... aktris, model entahlah. Hal yang gua enggak suka adalah isu tentang dirinya yang disangkut pautkan dalam kasus prostitusi. Gua ikutin beritanya, dan inisial namanya disebut berkali – kali; Gua takut kalau pernikahan ini cuma dipake buat menutupi skandal itu.
Setiap kali anak gua bawa Tyas ke rumah, gua selalu keinget tentang isu itu. Jadi gua bersikeras untuk tidak merestui pernikahan mereka. Sudah berbulan – bulan sejak topik ini dibawa oleh Raiden. Dia masih belum menyerah.
Sekarang, gua dan Raiden, sedang berkendara mobil menuju Transmart. Dia berhasil maksa gua untuk memberi Tyas kesempatan. Jadi hari ini dia minta gua untuk berpikir terbuka dan menghabiskan waktu dengan Tyas.
Kami tiba di pintu masuk dan Tyas sudah di sana menunggu dengan pakaian yang terlihat sopan dengan rok selutut dan scarf bermotif bunga yang melilit indah di lehernya. Dia berdandan seperti cewek yang bakal kencan.
“Inget ya, pa. Jangan berpikir tertutup. Tyas itu anaknya baik kok” kata Raiden, berjalan berdampingan dengan gua menuju Tyas. Sampai akhirnya kami berdua dekat dengan Tyas, gadis itu menghampiri kami.
“Pagi, pa” ya, dia manggil gua papa meski dia belum dapat persetujuan untuk jadi menantu dari gua. Dia pindah dan peluk Raiden di samping gua. “Yuk. Filmnya udah mau mulai. Bye” dia merangkul lengan gua sambil pamit dengan Raiden.
Hari ini gua harus menghabiskan waktu dengan Tyas.
Dia enggak bicara apa – apa setelah Raiden enggak ada, cuma ngerangkul dan berjalan menuju lantai tiga dengan tangan masih merangkul gua dengan kuat. Lengan gua bisa ngerasain payudaranya dan bikin gua bertanya – tanya apakah dia pakai bra atau enggak karena sentuhannya terasa lembek.
Tiba di CGV dan akhirnya Tyas bicara. “Mmmm papa mau minum apa? Atau popcorn?” kami memilih makanan untuk dibawa masuk ke teater.
“Terserah kamu aja” kata gua. Sesaat setelah gua bilang begitu, gadis yang menjadi kasir di tempat itu mengajak foto bareng dengan Tyas. Dia minta gua untuk mengambil foto mereka dengan kamera ponselnya.
...
Film yang gua tonton punya suara yang berisik karena isinya adalah perang. Tyas sengaja memilih film yang sesuai dengan selera gua. Tapi jujur, gua merasa bosan nonton film ini. Baru dua puluh menit dan gua sudah mengantuk dibuatnya.
Tiba – tiba saja gua merasa ada tangan yang berusaha membuka resleting celana gua dari samping kiri. “Papa ngantuk?” gua menoleh dan melihat Tyas sedang menatapi gua dan tangannya sedang merogoh masuk ke dalam celana gua melalui lubang resleting.
“T-tyas, ini apa – apaan?” di umur yang sudah tua begini, gua langsung lemes saat tangan Tyas menggenggam batang kemaluan gua. Tangan dan kaki enggak bisa bergerak saat Tyas mulai mengocok kontol gua dengan gemulai namun kuat.
Mungkin karena insting laki – laki, gua enggak bisa menolak ada gadis cantik yang ngasih gua servis nikmat seperti yang gua rasain saat ini. Mata gua enggak bisa konsentrasi ke film dan hanya merem mengkhayati belaian Tyas di bawah sana.
Hari ini dia sama sekali enggak membicarakan tentang pernikahannya dengan Raiden.
Sepuluh menit berlalu dan Tyas masih manjain gua dengan tangannya melingkari penis gua yang sudah ketar – ketir mau meledak. Lalu Tyas menarik tangannya dari selangkangan gua.
Tangannya pindah menggenggam tangan kanan gua. Dia angkat tangan gua ke wajahnya dan mulai menjilati jari jemari gua. Wajahnya kelihata erotis saat menghisap jari telunjuk gua secara penuh ke dalam mulutnya. Air liurnya melumuri jari gua.
Dia belum melepas tangan gua. Sekali ia memberikan kecupan ringan ke tangan gua dan menatap gua dengan wajah bernafsu. Dengan tangan kananya, ia membuka resleting roknya. Ia menarik tangan gua untuk masuk ke dalam celana dalamnya.
Secara buta gua bisa merasakan bulunya yang tak tercukur, basah di bawah sana. Lalu labianya yang hangat dan lembap. Tyas melepas tangan gua dan berpegangan pada kursinya. Dengan wajah yang sama ia menatap gua, seperti menunggu gua melakukan sesuatu. Akhirnya gua masukkan jari gua ke dalam vaginanya dan Tyas langsung mendesah tanpa suara.
Untungnya film yang kami tonton sepi penonton dan mungkin ini memang rencana Tyas.
Wajah Tyas bertingkah nakal menggoda gua sejak gua mulai memperkosanya dengan jari gua. “Gimana pa? Seru?” katanya setengah mendesah. Entah yang dia maksud itu filmnya atau selangkangannya, tapi gua enggak menjawabnya.
Diikuti dengan “ng” yang panjang dan pelan dari Tyas, gua merasa ada cairan panas yang menyembur kencang dari selangkangannya.
Gua tarik tangan gua dari selangkangan Tyas. Telapak tangan gua basah dan hangat. Nafas Tyas terlihat sedikit terengah – engah setelah ia mencapai klimaks. Ia pergi dari bangkunya entah kemana.
Sementara gua Cuma bisa bengong memikirkan apa yang baru saja terjadi. Masih hangat tangan gua menggauli memek Tyas dan penis gua yang menegang kembali.
Sepuluh menit kemudian Tyas kembali. Roknya berbeda dengan apa yang ia kenakan sebelumnya—dan kering. Dia meletakkan koran di atas bangkunya yang agak basah sebelum mendudukinya.
Tangannya kembali masuk ke dalam celana gua dan mengocok kejantanan gua pelan – pelan. Sisa satu jam film, tangan Tyas enggak pernah lepas dari kontol gua.
...
Tyas dan gua berada di ruang VIP karaoke. Gua mengerang keras, memeluk tubuh Tyas dari belakang. Kami berdua berdiri dan tubuh kami bergetar hebat. Gua angkat roknya tinggi – tinggi pakai tangan kiri dan gua jambak bulu jembutnya keras – keras dengan tangan kanan. Tyas mengerang bersama dengan gua. Kaki kami gemetaran. Dua jam waktu karaoke kami telah habis. Gua menyemburkan banyak peju dengan erangan yang menggambarkan kenikmatan.
Akhirnya selesai dan gua mendorong Tyas. Kami mulai mengatur nafas. Sedangkan Tyas segera mengambil tisu dan membersihkan sisa sperma yang ada di selangkangannya.
“Pa. Sini Tyas bersihin” katanya melihat penis gua yang juga belepotan. Gua enggak bisa ngomong apa – apa lagi dengan dia dan langsung saja melangkah maju, menyodorkan selangkangan gua ke wajahnya.
Mulutnya terbuka dan melahap kontol gua. Dia mengelus – elus urat – uratnya dan membuat gua memuntahkan tetesan – tetesan terakhir peju yang gua simpan.
Setelahnya kami merapihkan diri. Tangan Tyas merangkul kembali tangan gua dan kami berdua keluar dari ruangan kami.
“Jadi, pa... gimana hari ini? Seru?” katanya, tak menyebut segala hal porno yang kami lakukan berdua sepanjang hari.
“Ehm lumayan.”
“Tentang pernikahan saya dengan Raiden. Papa setuju kan?” nada bicaranya memelas. Dan gua enggak bisa bilang enggak ke Tyas setelah dia ngelayanin nafsu gua yang udah lama enggak kepake semenjak istri gua meninggal. “Beneran pa?” dia kelihatan senang minta ampun.
Kami berdua berjalan menuju pintu masuk tempat Raiden menunggu.
“Papa, jika saya sudah menikah dengan Raiden, saya akan lebih sering ngajak papa main saat Raiden enggak ada” dan perkataannya itu mengiang terus di kepala gua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar